Oleh : Siti
Muzaro’ah, S.Pd.Si
Prodi Pendidikan
Matematika (P2TK)
NIM. 13709259012
A.
PENDAHULUAN
Berbicara
mengenai perkembangan ilmu filsafat, ada 4 tahapan atau masa diantaranya filsafat klasik, filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat
kontemporer (Ade Taufik : 5). Pada masa sekarang ini sering
disebut sebagai masa kontemporer sehingga jika ditanya apakah filsafat
kontemporer itu? Filsafat Kontemporer yaitu cara pandang
dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa saat ini. Misalnya orang
dihadapkan pada tahun 2014, ya inilah zaman kontemporer kita.Tetapi istilah
filsafat kontemporer baru saja populer semenjak abad ke-20, ini merupakan tanggapan
atas kebingungan penyebutan filsafat masa kini.
Prof. DR. Marsigit dalam perkuliahan Filsafat Ilmu Pendidikan (Selasa, 28
Januari 2014) mengatakan bahwa :” Saat
ini ada 5 Paham pemikiran yang berkembang yang sering disebut 5 Neo, yaitu
Neo-Kapitalisme, Neo-Pragmatisme, Neo-Utilitarianisme, Neo-Hedonisme, dan
Neo-Materialisme”. Masing masing memiliki pengertian, ciri khas, karakteristik
yang berbeda dan dipelopori oleh tokoh-tokoh filsafat yang berbeda pula.
Neo-Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini
bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Neo-Pragmatisme adalah
aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat
kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Neo-Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika
normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang
memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai
memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Neo-Hedonisme adalah
pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari
kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan. Hedonisme
merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan
tujuan hidup dan tindakan manusia. Neo-Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi.
(www.wikipedia.id)
Seiring berjalannya waktu, di abad modern ini istilah yang populer dari
kelima istilah diatas adalah Hedonisme dan Materialisme. Hal ini sering
diwacanakan di berbagai media cetak maupun tertulis bahwa masyarakat hedonis dan
materialis semakin berkembang di dunia ini, tidak hanya di masyarakat belahan
Barat, tetapi juga masyarakat belahan timur, utara, juga selatan. Yang artinya
bahwa kedua Paham ini sudah mulai berkembang pesat padahal secara kualitas
sangat dikhawatirkan dampaknya bagi kehidupan manusia itu sendiri baik kehidupan
di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya, dalam makalah ini akan dibahas mengenai (1) Bagaimana
gambaran kehidupan masyarakat hedonistik dan materialistik? (2) Apa kerugian
dan dampak negatifnya? (3) Bagaimana cara menangkal berkembangnya paham Hedonisme
dan Materialisme yang sekarang mulai berkembang di masyarakat dengan pendekatan
Mathematics Spiritualism?
B.
PEMBAHASAN
Pembahasan
pada makalah ini dibatasi mengenai Dua Neo
dari Lima Neo yang ada, bukan karena
masalah penting dan tidak, bukan masalah mana yang paling baik atau buruk,
tetapi penulis membahas masalah Hedonisme dan Materialisme karena yang sekarang
marak dibicarakan di masyarakat dan pengaruhnya juga besar dalam kehidupan.
1.
Gambaran Kehidupan Masyarakat Hedonistik dan
Materialistik
Yang dimaksud hedonistik dan
materialistik ialah tindakan atau perilaku yang mengamalkan paham hedonisme dan
materialisme (Musni Umar). Keduanya hampir mirip karena dalam hidup lebih
mementingkan kebendaan, materi, kesenangan, kemewahan, dan tidak memperhatikan
hal hal yang bersifat non kebendaan atau yang tidak tampak mata seperti halnya
Tuhan, setan, ruh, dan sebagainya. Hidup mereka berpatokan pada kemewahan
duniawi yang bersifat sementara.
Berikut
adalah gambaran kehidupan masyarakat hedonistik dan materialistik. Seorang
selebritis membeli tas seharga 400 juta, perasan bangga serta senang
menyelimuti selebritis tersebut dan bahkan ada kecenderungan untuk memamerkan
kepunyaan mereka dengan mengundang wartawan untuk memberitkannya di
infotainment. Padahal, untuk apa tas seharga 400 juta jika fungsinya hanya
untuk membawa sesuatu, yang harganya tidak semahal itupun sudah bisa memenuhi
kebutuhan. Ada lagi, seorang pejabat yang membeli mobil mewah seharga miliaran.
Mungkin saja dia merasa bangga dan bahkan belum merasa puas jika ada teman
pejabat yang memiliki mobil dengan harga yang lebih mahal. Padahal jika
dipikir-pikir, kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan transportasi, mobil seharga
ratusan juta saja sudah lebih dari cukup, jadi tujuan utamanya bukanlah
memenuhi kebutuhan pokok lagi namun lebih dari itu. Contoh yang lain misalnya seorang
pelajar yang belum bisa mencari uang sendiri, mereka berlomba memiliki ponsel
mahal-canggih-terbaru hanya untuk menunjukkan eksistensinya dalam kelompoknya,
tidak berfikir bagaimana mereka mendapatkan barang-barang tersebut, apakah
dengan memaksa orangtua atau bahkan dengan mencuri.
Selebritis,
pejabat, dan contoh pelajar diatas menunjukkan gaya hedonis dan materialistis
yang jika tidak segera ditangkal akan mudah sekali menjangkiti atau menulari
masyarakat. Jika tiap hari di Televisi ditayangkan gaya gaya hidup seperti ini,
tanpa disadari akan sangat mudah kedua virus ini menyebar. Dan bisa kita
bayangkan bagaimana jika keluarga terdekat kita juga memiliki jiwa seperti itu,
bagaimana jika anak kita memiliki jiwa seperti itu?.
2.
Dampak
Negatif dari Merebaknya Hedonisme dan Materialisme
Segala sesuatu di dunia ini memiliki sisi positif
juga sisi negatif, ada yang sisi positifnya lebih besar dari sisi negatifnya,
ada pula yang kebalikannya. Begitu pula dengan merebaknya hedonisme dan
materialisme ini. Dampak yang terlihat lebih besar adalah dampak negatifnya,
a. Bagi
kaum hedonis dan materialis : secara tidak sadar telah menjadi pribadi pribadi
yang konsumtif, jauh dari agama, terbelenggu dengan kemewahan duniawi, dan
terlalu banyak kesia-siaan dalam hidupnya sehingga menjadi orang yang merugi.
b. Bagi
Pemerintah : berkurangnya masyarakat yang berjiwa nasionalisme karena terlena
dengan kemewahan duniawi, menjadi negara yang terjajah secara ekonomi karena
menjadi target pemasaran produk asing yang dianggap lebih bagus daripada produk
dalam negeri, menjadi negara konsumtif bukan produktif.
c. Bagi
masyarakat umum : meningkatnya tingkat kejahatan atau kriminalitas karena bisa
jadi mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, menjadikan
sebuah tantangan besar bagi masyarakat untuk tetap bertahan dalam prinsip yang
masih lurus (tidak hedonis juga materialis), menjadikan tanggung jawab orangtua
semakin besar untuk mendidik anak-anaknya supaya terjaga dari dua sifat ini.
Sedangkan dampak positif dari maraknya
kaum hedonis dan materialistis dirasakan oleh para produsen yang berhasil
memasarkan produk ‘mewah’ mereka, maupun pengusaha yang mendapatkan keuntungan
secara ekonomi, yang artinya hanya sebagian kecil yang mendapatkan keuntungan.
3.
Cara Menangkal Berkembangnya Paham Hedonisme Dan
Materialisme dengan Pendekatan Mathematics Spiritualism.
Hal-hal yang membawa dampak kerugian yang besar
semacam ini harus segera ditangkal, ditanggulangi perkembangannya karena jika
tidak akan semakin merajalela dan mau jadi seperti apa dunia kita nanti jika
tetap dibiarkan.
Karena materialis dan hedonis terkait dengan sesuatu
yang bisa dihitung (misalnya masalah harga, uang, keuntungan, dsb) dan karena dua
paham ini sangat jauh dari Tuhan dan kehidupan yang berlandaskan agama
(spiritual) maka penulis mencoba memberikan alternatif solusi untuk menangkal
berkembangnya dua paham ini dengan pendekatan “Mathematics Spiritualism”.
Jadi yang dimaksud penulis dengan “Mathematics
Spiritualism” adalah sebuah pendekatan yang bersifat matematis dan berdasarkan
pada aturan-aturan agama. Berikut adalah langkah-langkahnya :
1.
Membiasakan
gemar bersedekah
Daripada
berlomba untuk menjadi konsumtif lebih baik membiasakan untuk memberi. Dalam
matematika sedekah 10-1 = 19 bukan 9 karena 1 yang disedekahkan akan berlipat
menjadi 10 kali. Bagaimana jika 1 yang disedekahkan berlipat menjadi 700 kali ?
Maka 10 – 1 = 709.
Allah SWT Berfirman :
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah 2:261)
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah 2:261)
Dengan
bersedekah, tidak akan mengurangi harta tetapi malah akan menambahnya dari arah
yang tidak disangka sangka. Jika kebiasaan ini telah terpatri pada masyarakat
maka akan sangat mudah menjauh dari sifat materialistis dan hedonis.
2.
Menerapkan
prinsip kesederhanaan
Menanamkan pola
hidup sederhana harus dilakukan dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, peran
orangtua sangat penting sebagai pembimbing dan suritauladan bagi anak anaknya.
Orang yang sudah terbiasa dengan pola hidup sederhana dan meyakini bahwa dengan
sederhana lebih bermanfaat maka akan terasa mudah untuk tidak tergoda dengan
kemewahan.
Allah
SWT Berfirman :
Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al-
Furqon:67)
Dalam matematika
2 < 3 tetapi 2 > -3, yang artinya sama sama angka 2 dan 3 tetapi jika
sifat 2 dan 3 sudah dirubah maka akan menimbulkan nilai yang berbeda pula,
memang 2 lebih kecil dari 3 tetapi jika 2 nya positif akan lebih besar daripada
3 tetapi negatif. Itulah gambaran sikap hidup sederhana dan boros.
3.
Menanamkan
jiwa percaya diri dengan ilmu dan kemampuan bukan dengan kekayaan
Sejak kecil
perlu ditanamkan prinsip hidup yang baik, misalnya lebih mengedepankan skill, kemampuan, kepandaian, talenta, ilmu
yang sifatnya bisa bertahan dalam jangka panjang daripada kekayaan yang jika
tidak bisa mengelola maka akan mudah hilang.
Allah SWT Berfirman :
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah) [58] : ayat 11
Dalam
matematika misalkan terdapat persamaan kuadrat x2 + 5x + 7 = 0. Jika
x bilangan bulat maka persamaan kuadrat tersebut tidak memiliki solusi, tetapi
jika x bilangan real maka akan memiliki solusi. Dari sini terlihat bahwa
bilangan real memiliki peluang yang lebih besar daripada bilangan bulat atau
asli atau cacah. Dengan ilmu akan memiliki peluang untuk berhasil lebih besar
daripada hanya bermodal kekayaan.
4.
Meneladani
seseorang yang sukses tetapi tetap bersahaja
Sosok
suritauladan sangat diperlukan dalam hidup karena kita bisa langsung
melihat baik gerak, sifat, dan dampak
baik atau buruknya. Seorang pemimpin, pejabat, selebritis, guru, orangtua
memiliki peran besar untuk dijadikan sebagai suritauladan. Oleh karena itu
diharapkan pihak pihak yang berpeluang besar ini untuk memanfaatkan posisinya
untuk memberikan contoh suritauladan yang baik karena dampak kebaikan akan
lebih banyak didapat. Sebaliknya, jika teladan keburukan yang ditampilkan maka
tak heran jika dampak keburukannya juga luas.
Seperti
dalam matematika, untuk memahami konsep matematika diperlukan banyak contoh
sehingga akan mudah dipahami dan bisa mengerjakan dengan baik. Contoh yang
benar akan menguatkan konsep, sedangkan contoh yang salah malah akan membuat
bingung.
Rasulullah
SAW adalah sesempurnanya suritauladan. Bahkan orang eropa mengakui kesuksesan beliau.
Allah SWT Berfirman :
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
(Al Ahzab :21)
C.
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas maka Neo-Hedonisme dan Neo-Materialisme memang dua paham yang lebih banyak menimbulkan
dampak negatif bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya untuk menangkal merebaknya dua virus ini dalam masyarakat, salah
satu caranya adalah dengan pendekatan Mathematics Spiritualism. Yaitu diantaranya
dengan Membiasakan gemar bersedekah, menerapkan prinsip kesederhanaan, menanamkan
jiwa percaya diri dengan ilmu dan kemampuan bukan dengan kekayaan, dan meneladani
seseorang yang sukses tetapi tetap bersahaja.
D.
DAFTAR
PUSTAKA
Ade
Taufik. Filsafat Yunani Kuno.
Makalah. 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme
. Diakses
Tanggal 29 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme.
Diakses
Tanggal 29 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Utilitiarisme.
Diakses
Tanggal 29 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme.
Diakses
Tanggal 29 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme.
Diakses
Tanggal 29 Januari 2014.
Musni
Umar. http://musniumar.wordpress.com/2013/04/18/musni-umar-konsumeristik-hedonistik-dan-materialistik-hilangkan-spirit-juang-bangsa-indonesia/.
Diakses 29 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar